BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 atau yang disebut sebagai K13 mengusung tema besar dengan
mengubah paradigma pembelajaran yang selama ini berlangsung dalam proses
pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang selama ini terkesan memuat mata
pelajaran yang berdiri sendiri di rubah agar antar mata pelajaran mempunyai
hubungan sehingga berubah menjadi pembelajaran yang penuh makna atau meaning
full education. Tematik integratif menjadi proyek besar pemerintah untuk
mewujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia, karena bagaimana pun proses
pendidikan di Indonesia telah bergeser paradigmanya dari teacher centered
menjadi student centered.
Model pembelajaran
dalam kurikulum ini memerlukan kerja keras serta kreatifitas guru sebagai
pendamping dalam proses pembelajaran. Karena hanya dengan kreatifitas gurulah
maka proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dapat diterapkan dengan maksimal.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas terkait dengan konsep dasar
pembelajaran tematik, mulai dari pengertian pembelajaran tematik, dasar
filosofinya, dasar yuridisnya hingga model-modelnya.
BAB II
PEMBAHASAN
B.
Konsep Dasar Pembelajaran Tematik
1.
Pengertian
Konsep
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum,
artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory
of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan
abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau
simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun
dari berbagai macam kharakteristik.
2.
Pengertian
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah proses
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema tertentu.[1] Menurut
Sukandi pembelajaran tematik pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan
pembelajaran dengan memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu
tema. Dengan demikian, pelaksanaan dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan
dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan dalam satu
pertemuan. Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai
suatu pendekatan belajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran
tematik siswa akan dapat memahami konsep yang dipelajari melalui pengamatan
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang dipahaminya. Wacana
pembelajaran tematik diusung pemerintah karena menghendaki terbentuknya proses
pembelajaran yang mampu membekali peserta didik dengan keilmuan yang dapat
mereka gunakan dalam kehidupan nyata.
Dengan dasar pemikiran tersebut maka proses pembelajaran dijalankan
dengan mengangkat suatu tema tertentu lalu dikaitkan dengan beberapa mata
pelajaran, mulai dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan mata
pelajaran yang lain. Wacana tematik ini dijadikan agenda besar pemerintah
setelah melakukan berbagai koreksi atas kurikulum sebelumnya, karena selama ini
kurikulum yang dijalankan berisi mata pelajaran yang bersifat parsial, maka
pemerintah mempunyai agenda untuk mengkaitkan berbagai pelajaran yang ada
tersebut dengan agenda menuju pembelajaran yang terpadu,[2]
maka dapat dipahami bahwa hakekat dari pembelajaran tematik adalah sebuah
pembelajaran yang menghendaki keterkaitan materi antar mata pelajaran sehingga
proses pembelajaran berlangsung penuh makna.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada
peserta didik.
3.
Dasar
Filosofi
Landasan filosofi pengembangan K13 adalah
berakar pada budaya lokal dan bangsa, eksperimentalisme, rekonstruksi sosial,
esensialisme dan pereniaslime, eksistensialisme dan romantik naturalism[3],
yang kesemuanya menghendaki terbentuknya peserta didik yang :
a)
Mempunyai
jati diri sebagai warga negara
b)
Kuat
secara ilmu dan iman dan
c)
Ikut
andil memberikan kontribusi kepada kemajuan kehidupan.
Sedangkan dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) Progresivisme, (2) Konstruktivisme, dan
(3) aliran Humanisme yang lebih melihat siswa dari keunikan, potensinya dan
motivasi yang dimilikinya.
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran
perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran progresivisme
menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung selama alami dan tidak
artifisial. Pembelajaran yang terjadi disekolah sekarang ini tidak seperti
keadaan dalam dunia nyata sehingga tidak memberikan makna kepada kebanyakan
siswa. Progresivisme hadir sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap formalisme
yang bersifat tradisional dan terkesan sangat kaku dan kurang mendalam.
Progressivisme diusung oleh para tokoh seperti Francis W. Parker yang mendorong
lahirnya reformasi sekolah dan John Dewey yang mendirikan Progressive
Education Association.
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus
berpusat pada siswa (child-centered) bukan memfokuskan pada guru atau
bidang muatannya. Namun hal ini tidak berarti bahwa siswa diizinkan untuk
megikuti semua keinginannya, karena belum cukup matang untuk menentukan tujuan
yang memadai. Siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru untuk
melaksanakan aktivitasnya. Menurut kaum progresif, belajar bukan hanya sekedar
penerimaan pengetahuan yang diisikan oleh guru tetapi merupakan alat untuk
mengatur pengalaman untuk menangani situasi baru secara terus-menerus dimana
perubahan hidup merupakan tantangan bagi manusia. Jadi dalam proses belajar
harus dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia[4].
Aliran kontrukstivisme menyatakan bahwa
pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama
dari belajar bermakna. Aliran ini memandang pengalaman langsung yang
dikontruksi sendiri oleh siswa merupakan kunci dalam pembelajaran. Menurut
aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia melalui
hasil interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Pengetahuan
tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswanya, tetapi
harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Aliran konstruktivisme
ini melahirkan teori pembelajaran yang dikenal dengan teori pembelajaran
konstruktivistik.
Jadi lebih lanjut proses pembelajaran tematik harus diarahkan agar
terjadi sinergisitas antara apa yang dipelajari peserta didik dengan apa yang
terjadi dimasyarakat secara nyata. Maka dengan otomatis pembelajaran harus
dirancang agar terbentuk pembelajaran yang penuh arti, sehingga peserta didik
bisa mendapatkan pengetahuan yang dapat mereka gunakan untuk masa depan mereka.
Karena menurut hasil penelitian
menyatakan bahwa anak-anak melihat segala sesuai yang ada dilingkungan itu
saling terkait[5],
tidak terpisah sehingga mereka selalu mengkaitkan berbagai hal yang mereka
telah pahami dengan apa yang mereka lihat secara nyata. Maka dapat dipastikan
jika terjadi perbedaan antara apa yang mereka pahami dengan apa yang mereka
lihat didunia nyata pastilah terjadi konflik dalam diri mereka, hal ini jika
dibiarkan akan menjadi bom waktu yang dapat meledak setiap saat.
Sedangkan aliran humanisme melihat siswa dari segi
keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
4.
Landasan
psikologis
Salah satu aliran psikologis yang
dijadikan landasan adalah teori pengolahan informasi. Diterangkan dalam teori pengolahan
informasi bahwa otak manusia mempunyai cara kerja lebih efektif jika apa yang diterima
mempunyai kaitan dengan apa yang telah ada didalam memori sebelumnya. Secara
teori para pakar psikologi yang tergabung dalam aliran pengolahan informasi
menyatakan bahwa manusia melakukan pengamatan dan penyeleksian terhadap
aspek-aspek lingkungan, mentransformasi dan mengulang informasi yang ada, lalu
menghubungkan informasi-informasi yang baru dan informasi yang telah diterima
sebelumnya, dan didapatkan makna yang dapat dipahami[6].
Dengan menggabungkan apa yang diterima dengan apa yang telah dimiliki
sebelumnya maka akan mempercepat masuknya informasi atau pengetahuan dalam
memori. Selain itu keterkaitan satu sama lain antar mapel-mapel sekolah dasar
menyebabkan keterpaduan konten pada
berbagai mapel dan arahan bagi siswa untuk mengaitkan antar mapel akan
meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Pembelajaran tematik akan berjalan
efektif dengan menggunakan metode pembelajaran aktif, misalnya metode
pembelajaran inkuiri-discovery, yang mengarahkan peserta didik agar menemukan
sendiri jawaban atas permasalahan yang diajukan guru kepada mereka dalam proses
pembelajaran.
5.
Dasar
yuridis
Adapun landasan yuridis pelaksanaan proses
pembelajaran tematik terpadu dalam kurikulum 2013 terdapat pada permendikbud
nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dengan
prinsip terbentuknya pembelajaran yang terpadu, selain itu dipertegas pula
dalam permendikbud nomor 67 tahun 2013 bahwa pelaksanaan kurikulum 2013
dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu.[7]
6.
Langkah-langkah
dalam pembelajaran tematik
Sebelumnya telah diterangkan bahwa
kurikulum 2013 dapat berjalan maksimal dengan beberapa faktor, pertama adalah
keterlibatan orang tua sebagai pengawas bagi peserta didik, lalu guru yang
diberikan tugas untuk mampu memahami sumber-sumber pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik. Agar tugas guru dalam proses pembelajaran
dapat maksimal maka ada beberapa hal harus diperhatikan yaitu :
a)
Guru
harus menetapkan bidang yang akan dipadukan.
Misalnya antara matematika dengan
mata pelajaran sosial dengan tema persatuan. Pertama Guru dapat menerangkan
angka-angka tertentu misalnya 1, 2, 3 atau 4, 5, 6. Setelah itu guru bisa
menerangkan bahwa 1, 2, 3, atau 4, 5, 6, itu akan menjadi berbeda jika
digabungkan, karena akan menjadi 123 atau 456, yang jumlahnya semakin besar.
Dst.
b)
Guru
menetapkan kompetensi apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.
c)
Guru
menetapkan topik pemersatu[8].
Sebenarnya tugas berat berada
dipundak seorang guru, karena guru harus menguasai topik yang akan dijadikan
tema pemersatu antar mata pelajaran. Namun dalam K13 topik pemersatu atau tema
yang akan diajarkan telah dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah melalui
buku panduan guru maupun peserta didik. Oleh karena itu tugas guru selanjutnya
adalah menguasai dengan baik buku panduan tersebut.
7.
Macam
– macam keterpaduan
Munurut Sukayati
(2009:4) ada tiga model keterpaduan yang dikembangkan atau dikenalkan di
sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) di Indonesia. Ketiga
model tersebut adalah (1) model keterhubungan (connected), (2) model
jaring laba-laba (webbed) dan (3) model kerpaduan (integrated)[9].
a)
Model keterhubungan
Pada prinsipnya model keterhubungan adalah proses
pembelajaran yang mengupayakan dengan
sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam
satu bidang studi. Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena pada
model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja.
Misalnya materi dalam pembelajaran agama :
Dimulai dari materi tentang bersuci, adzan, sholat,
serta sholat.
b)
Model jaring laba laba (webbed)
Merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik. Karena karakteristik dari
model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam model ini, tema
dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema
ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya
dengan mata pebelajaran yang dipadukan.
Misalnya dalam sebuah pembelajaran dengan tema
persatuan, maka dapat dibuat gabungkan beberapa mata pelajaran, diantaranya
IPA, IPS, PKN, hingga AGAMA. Seperti gambar dibawah ini :
c)
Selanjutnya model terpadu
Model
keterpaduan merupakan model yang menggunakan pendekatan antar bidang studi.
Diupayakan penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler
dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang tindih di dalam
beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan sepenuhnya mengingat
sulitnya menemukan materi dari setiap bidang studi yang benar–benar tumpang
tindih dalam satu semester, dan sangat membutuhkan keterampilan guru yang cukup
tinggi dalam perencanaan dan pelaksanaanya.
8.
Manfaat
Tematik Terpadu
a). Fleksibilitas
Proses
pembelajaran dapat dijalankan dengan dasar fleksibilitas sehingga guru dapat
mengkaitkan berbagai mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan bahkan dengan
kehidupan nyata.
b). Menyatukan
materi pembelajaran siswa
Dengan
mengabungkan materi pembelaran melalui suatu tema tertentu maka akan
terbentuk konvergensi pemahaman dalam
diri peserta didik selanjutnya guru bisa mencegah terjadinya inkonsistensi
antar mata pelajaran.
c). Merefleksikan
dunia nyata
Landasan filosofis diatas misalnya (
rekonstruksifisme ) menjadi pijakan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu menghendaki proses pembelajaran
harus bernilai guna bagi kehidupan peserta didik, hasil pendidikan harus bisa
berkontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari, yang dihadapi anak di rumah dan lingkungannya
d). Selaras
dengan cara anak berfikir
Seperti teori yang telah diterangkan
diatas bahwa dalam sebuah penelitian tentang otak menghasilkan teori yang
menyatakan bahwa otak mendukung teori pedagogi dan psikologi, teori tersebut
menyebutkan bahwa anak menerima banyak hal dan mengolah lalu merangkumnya
menjadi satu pengetahuan yang saling terkait. Sehingga mengajarkan secara
holistik terpadu adalah sejalan dengan bagaimana otak anak mengolah informasi.
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK KELAS 1 SD
Identitas
Sekolah : (tuliskan nama satuan
pendidikan)
Kelas/Semester
: I/1
Tema/Sub
Tema : Diriku / Aku dan teman
baru
Pertemuan
Ke : 2
Alokasi
Waktu : 5 X 30 menit
A.
Kompetensi
Dasar (KD) dan Indikator
B.
Kompetensi
Dasar (dari KI 1):
PPKn
1.1 Menerima keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan
beragama sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah.
Bahasa Indonesia
1.2 Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia
yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman
bahasa daerah.
Matematika
1.3 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
C. Indikator:
Ø Mengagungkan kebesaran Tuhan YME
Ø Dengan mematuhi peraturan, siswa dapat terbiasa menjalankan ibadah
sesuai agamanya dengan tepat waktu.
Ø Mensyukuri kebesaran Tuhan YME yang telah menciptakan manusia
dengan berbagai ciri, sehingga tidak satu manusiapun yang sama persis.
Ø Menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah
yang terbaik bagi kita.
Kompetensi
Dasar (dari KI 2):
PPKn
2.2 Menunjukkan perilaku patuh pada
tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sekolah.
Indikator:
Ø Mematuhi semua aturan yang diberikan dengan penuh disiplin
Bahasa Indonesia
2.3 Memiliki perilaku santun dan
sikap kasih sayang melalui pemanfaatan bahasa
Indonesia dan/atau bahasa daerah.
Indikator:
Ø Berbicara dengan bahasa yang santun.
Ø Memberikan koreksi bila ada teman yang salah dalam menulis
(menunjukkan rasa kasih sayang pada teman).
Matematika
2.2 Memiliki rasa ingin tahu dan
ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui
pengalaman belajar.
Indikator:
Ø Rasa ingin tahu/antusiasme dengan berusaha bertanya pada teman atau
guru tentang
lambang bilangan dari 1 sampai 99.
Ø Ulet dalam belajar, selalu bertanya pada guru atau teman jika
mengalami kesulitan.
Kompetensi
Dasar (dari KI 3):
PPKn
3.2 Mengenal tata tertib dan aturan
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
dan di sekolah.
Indikator:
Ø Siswa tertib dalam mengikuti pembelajaran dan permainan
Ø Siswa dapat mematuhi aturan dalam permainan.
Bahasa Indonesia
3.4. Mengenal teks cerita
diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
Indikator:
Ø Mengidentifikasi diri dan keluarga
Ø Menuliskan nama keluarga, seperti ayah, ibu, dan kakak/adik (jika
ada).
Ø Mengidentifikasi nama teman
Ø Menyebutkan identitas teman
Ø Menuliskan nama teman
Matematika
3.2 Mengenal bilangan asli sampai 99
dengan menggunakan benda-benda yang ada
di sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain.
Indikator:
Ø Menghitung banyak benda 1-5 dengan teliti
Ø Menunjukkan benda yang sesuai dengan bilangan yang ditentukan.
Ø Menuliskan lambang bilangan 1 – 5.
Kompetensi
Dasar (dari KI 4):
PPKn
4.2 Melaksanakan tata tertib di
rumah dan di sekolah
Indikator:
Ø Menjalankan peraturan pada permainan di sekolah dengan baik
Ø Mematuhi semua aturan yang diberikan dalam permainan
Bahasa Indonesia
4.4. Menyampaikan teks cerita
diri/personal tentang keluarga secara mandiri dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.
Indikator:
Ø Bercerita tentang diri dan keluarga
Ø Menuliskan identitas teman yang telah dikenalnya
Ø Membacakan identitas teman.
Matematika
1.3
Mengemukakan
kembali dengan kalimat sendiri dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
penjumlahan dan pengurangan terkait dengan aktivitas sehari-hari serta memeriksa kebenarannya
Indikator:
Ø Menghitung kembali benda-benda dari 1 – 5.
Ø Menghitung jumlah benda yang tersisa jika benda tersebut dikurangi
( 5 benda – 1 benda, dan lain-lain).
B.
Tujuan Pembelajaran:
PPKn:
1.
Melalui suatu
permainan, siswa dapat mengikuti pembelajaran dan menjalankan permainan secara
tertib.
2.
Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mematuhi peraturan di sekolah dan di rumah dengan
baik.
3.
Dengan mematuhi
peraturan, siswa dapat terbiasa menjalankan ibadah sesuai agamanya dengan tepat
waktu.
Bahasa Indonesia:
1.
Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mengidentifikasi diri dan keluarga dengan bahasa
yang baik dan santun.
2.
Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan nama ayah, ibu, dan
kakak/adik (jika ada) dengan benar.
3.
Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mengidentifikasi nama teman baru dengan tepat
dan dengan bahasa yang santun.
4.
Setelah
melakukan permainan, siswa dapat menyebutkan nama temannya dengan jujur.
5.
Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan nama temannya dengan
benar.
6.
Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat membacakan identitas teman dengan
benar dan jujur.
7.
Dalam suatu
permainan, siswa menunjukkan rasa kasih sayang pada temannya dengan memberikan
koreksi terjadap keslahan teman dalam menulis dengan bahasa yang santun.
8.
Dengan
melakukan permainan, siswa dapat mensyukuri kebesaran Tuhan YME yang telah
menciptakan manusia dengan berbagai ciri, sehingga tidak satu manusiapun yang sama
persis.
Matematika:
1.
Dengan
melakukan permainan, siswa dapat menunjukkan benda-benda yang sesuai dengan
lambang bilangan yang telah ditentukan secara tepat.
2.
Dengan
melakukan permainan, siswa dapat menghitung banyak benda 1 – 5 dengan benar.
3.
Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan lambang bilangan dengan
benar.
4.
Setelah
melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menghitung banyaknya benda benda
yang tersisa jika benda tersebut dikurangi (5 benda – 1 benda).
5.
Dalam suatu
permainan, siswa menunjukkan rasa ingin tahu/antusiasme yang tinggi dengan
bertanya jika mengalami kesulitan.
6.
Melalui suatu
permainan, siswa akan selalu mengagungkan akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah menciptakan beraneka ragam benda-benda.
7.
Melalui suatu
permainan, siswa dapat menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME
adalah yang terbaik bagi kita.
CONTOH MATERI INTEGRATIF DALAM PAI MI[10]
QUR’AN HADIS
Kelas I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Menghafal surat-surat pendek secara benar dan fasih
|
1.1
Melafalkan, surat al-Faatihah, an-Naas, al-Falaq, al-Ikhlaas, dan
surat al-Lahab secara benar dan fasih
|
1.2
Menghafalkan, surat al-Faatihah, an-Naas, al-Falaq, al-Ikhlaas, dan
surat al-Lahab secara benar dan fasih
|
FIKIH Kelas I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Mengenal lima rukun
Islam
|
1.1 Menyebutkan
lima rukun Islam
1.2
Menghafalkan syahadatain dan artinya
|
2. Mengenal
tata cara bersuci dari najis
|
2.1 Menjelaskan
pengertian bersuci dari najis
2.2
Menjelaskan tata cara bersuci dari najis
2.3
Menirukan tata cara menyucikan
najis.
2.4
Membiasakan hidup suci dan bersih
dalam kehidupan sehari-hari
|
AQIDAH AKHLAK
Kelas
I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1.
Mengenal
rukun iman, syahadat tauhid dan syahadat rasul, al-asma’
al-husna (al-Ahad dan al- Khaliq)
|
1.1 Menghafal enam rukun iman1.2 Menghafal dua kalimat syahadat1.3 Mengartikan dua kalimat syahadat1.4 Mengenal sifat-sifat Allah (al-Ahad dan al-Khaliq) melalui kisah Nabi Ibrahim AS mencari Tuhannya |
2. Membiasakan akhlak terpuji
|
2.1 Membiasakan berakhlak
terpuji: hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
2.2
Adab mandi dan berpakaian
|
3. Menghindari akhlak tercela.
|
3.1 Membiasakan diri untuk menghindari akhlak
tercela: hidup kotor, bohong/dusta, dan berbicara kotor dalam kehidupan
sehari-hari.
|
CONTOH LAINNYA SK dan KD dalam PAI MI serta Contoh integrasi
pembelajaran dalam tema pembelajaran jenis-jenis pekerjaan: [11]
Kelas VI, Semester 1
|
|
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Menghafal surat
pendek secara benar dan fasih
|
1.1
Membaca surat
ad-Dhuhaa secara benar dan fasih
|
1.2
Menghafal
surat ad-Dhuhaa secara benar dan fasih
|
|
2. Memahami arti surat
pendek pilihan
|
2.1
Menerjemahkan surat ad-Dhuhaa
|
2.2
Menjelaskan
isi kandungan surat ad-Dhuhaa tentang meyakini kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia
dengan sederhana
|
|
3. Memahami hadis tentang
keutamaan memberi
|
3.1
Menerjemahkan hadis tentang keutamaan
memberi
|
3.2
Menjelaskan
hadis tentang keutamaan memberi secara sederhana
|
1.
Mata
pelajaran PPKN
a.
Menghargai
kebersamaan dalam keragaman sebagai Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah,
sekolah dan masyarakat sekitar.
b.
Menunjukan
prilaku sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan
sehari-hari di rumah, sekolah dan di masyarakat.
2.
Mata
pelajaran Matematika
a.
Menunjukan
prilaku peduli dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar
rumah, sekolah atau tempat bermain untuk membuat benda-benda berbentuk kubus
dan balok bangun berdasarkan jaring-jaring bangun ruang yang ditemukan.
3.
Mata
pelajaran IPS
a.
Menjalankan
ajaran agama dalam berfikir dan berprilaku sebagai penduduk indonesia dengan
mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam
masyarakat.
b.
Menerima
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
c.
Menunjukan
prilaku santun toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan dan teman sebaya
4.
Mata
pelajaran IPA
a.
Bertambah
keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan komplesitas alam dan
jagat raya terhadap kebesaran tuhan yang menciptakannya serta mewujudkannya
dalam pengalaman ajaran agama yang dianut
b.
Menunjukan
prilaku ilmiah ( memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur dll).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perubahan
kurikulum dari model KTSP menjadi kurikulum 2013 merupakan terobosan demi
menghasilkan tujuan pendidikan yang maksimal. Pembelajaran terintegrasi
memberikan perspektif baru, bahwa semua mata pelajaran saling terkait satu
dengan yang lain. Oleh karena itu tinggal peran pendidik dalam mengkonstruksi
pembelajaran yang inovatif, dan berani keluar dari zona nyaman bidang yang dia
kuasai untuk menyapa bidang pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan
Teknis Kurikulum 2013 Sekolah Dasar
Munawaroh,
Isniatun. PEMBELAJARAN TEMATIK DAN
APLIKASINYA DI SEKOLAH DASAR (SD) di sampaikan dalam forum ilmiah SD,
pdf.
Paparan
MenDikBud pada workshop pers, Psdf.
Schunk,
Dale H. 2012, Learning Theories Teori teori pembelajaran perspektif
pendidikan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid,Abdul.
2014. Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: Remaja Rosdakarya
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014)
Ali Mudlofir Aplikasi pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan bahan ajar dalam pendidikan islam ( Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2012 )
Draf Permenag
RI Nomor 2 tahun 2008
Nurul Zuriah, Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berspektif
Gender teori dan aplikasinya di sekolah (
Malang:UMM Press, 2008)
Rahmat Raharjo pengembangan dan inovasi kurikulum membangun
generasi cerdas dan berkarakter untuk kemajuan bangsa (
Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012 )
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural
( Jakarta: Erlangga, 2005)
[1] Panduan
teknis kurikulum 2013 sekolah dasar, hal. 8
[2] Ibid,
hal. 3
[3] Ibid,
hal. 2
[4] Isniatun
Munawaroh PEMBELAJARAN TEMATIK DAN
APLIKASINYA DI SEKOLAH DASAR (SD) di sampaikan dalam forum ilmiah SD, hal. 8
[5] Paparan
MenDikBud pada workshop pers, PDF.hal. 66
[6] Dale H.Schunk Learning
Theories Teori teori pembelajaran perspektif pendidikan ( Yogyakarta: pustaka
pelajar, 2012, ) hlm. 230
[7] Panduan
teknis kurikulum 2013 sekolah dasar, hal. 3
[8] Abdul
Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 147
[9]
Isniatun Munawaroh PEMBELAJARAN
TEMATIK DAN APLIKASINYA DI SEKOLAH DASAR (SD) di sampaikan dalam forum
ilmiah SD,
hal. 4-5
[11] Ibid,
Abdul Majid, Pembelajaran... hlm. 293