Rabu, 30 Desember 2015

PEMBELAJARAN TEMATIK



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Kurikulum 2013 atau yang disebut sebagai K13 mengusung tema besar dengan mengubah paradigma pembelajaran yang selama ini berlangsung dalam proses pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang selama ini terkesan memuat mata pelajaran yang berdiri sendiri di rubah agar antar mata pelajaran mempunyai hubungan sehingga berubah menjadi pembelajaran yang penuh makna atau meaning full education. Tematik integratif menjadi proyek besar pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia, karena bagaimana pun proses pendidikan di Indonesia telah bergeser paradigmanya dari teacher centered menjadi student centered.
            Model pembelajaran dalam kurikulum ini memerlukan kerja keras serta kreatifitas guru sebagai pendamping dalam proses pembelajaran. Karena hanya dengan kreatifitas gurulah maka proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 dapat diterapkan dengan maksimal. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas terkait dengan konsep dasar pembelajaran tematik, mulai dari pengertian pembelajaran tematik, dasar filosofinya, dasar yuridisnya hingga model-modelnya.




BAB II
PEMBAHASAN
B.     Konsep Dasar Pembelajaran Tematik
1.      Pengertian Konsep
      Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik.    
2.      Pengertian Pembelajaran Tematik
      Pembelajaran tematik adalah proses pembelajaran terpadu yang menggunakan tema tertentu.[1] Menurut Sukandi pembelajaran tematik pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema. Dengan demikian, pelaksanaan dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan dalam satu pertemuan. Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.  Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep yang dipelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang dipahaminya. Wacana pembelajaran tematik diusung pemerintah karena menghendaki terbentuknya proses pembelajaran yang mampu membekali peserta didik dengan keilmuan yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan nyata.
      Dengan dasar  pemikiran tersebut maka proses pembelajaran dijalankan dengan mengangkat suatu tema tertentu lalu dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran, mulai dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan mata pelajaran yang lain. Wacana tematik ini dijadikan agenda besar pemerintah setelah melakukan berbagai koreksi atas kurikulum sebelumnya, karena selama ini kurikulum yang dijalankan berisi mata pelajaran yang bersifat parsial, maka pemerintah mempunyai agenda untuk mengkaitkan berbagai pelajaran yang ada tersebut dengan agenda menuju pembelajaran yang terpadu,[2] maka dapat dipahami bahwa hakekat dari pembelajaran tematik adalah sebuah pembelajaran yang menghendaki keterkaitan materi antar mata pelajaran sehingga proses pembelajaran berlangsung penuh makna.
      Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik.
3.      Dasar Filosofi
      Landasan filosofi pengembangan K13 adalah berakar pada budaya lokal dan bangsa, eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, esensialisme dan pereniaslime, eksistensialisme dan romantik naturalism[3], yang kesemuanya menghendaki terbentuknya peserta didik yang :
a)      Mempunyai jati diri sebagai warga negara
b)      Kuat secara ilmu dan iman dan
c)      Ikut andil memberikan kontribusi kepada kemajuan kehidupan.
Sedangkan dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) Progresivisme, (2) Konstruktivisme, dan (3) aliran Humanisme yang lebih melihat siswa dari keunikan, potensinya dan motivasi yang dimilikinya.
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran progresivisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung selama alami dan tidak artifisial. Pembelajaran yang terjadi disekolah sekarang ini tidak seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga tidak memberikan makna kepada kebanyakan siswa. Progresivisme hadir sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap formalisme yang bersifat tradisional dan terkesan sangat kaku dan kurang mendalam. Progressivisme diusung oleh para tokoh seperti Francis W. Parker yang mendorong lahirnya reformasi sekolah dan John Dewey yang mendirikan Progressive Education Association.
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus berpusat pada siswa (child-centered) bukan memfokuskan pada guru atau bidang muatannya. Namun hal ini tidak berarti bahwa siswa diizinkan untuk megikuti semua keinginannya, karena belum cukup matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru untuk melaksanakan aktivitasnya. Menurut kaum progresif, belajar bukan hanya sekedar penerimaan pengetahuan yang diisikan oleh guru tetapi merupakan alat untuk mengatur pengalaman untuk menangani situasi baru secara terus-menerus dimana perubahan hidup merupakan tantangan bagi manusia. Jadi dalam proses belajar harus dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia[4].
Aliran kontrukstivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Aliran ini memandang pengalaman langsung yang dikontruksi sendiri oleh siswa merupakan kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia melalui hasil interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswanya, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Aliran konstruktivisme ini melahirkan teori pembelajaran yang dikenal dengan teori pembelajaran konstruktivistik.
Jadi lebih lanjut proses pembelajaran tematik harus diarahkan agar terjadi sinergisitas antara apa yang dipelajari peserta didik dengan apa yang terjadi dimasyarakat secara nyata. Maka dengan otomatis pembelajaran harus dirancang agar terbentuk pembelajaran yang penuh arti, sehingga peserta didik bisa mendapatkan pengetahuan yang dapat mereka gunakan untuk masa depan mereka. Karena  menurut hasil penelitian menyatakan bahwa anak-anak melihat segala sesuai yang ada dilingkungan itu saling terkait[5], tidak terpisah sehingga mereka selalu mengkaitkan berbagai hal yang mereka telah pahami dengan apa yang mereka lihat secara nyata. Maka dapat dipastikan jika terjadi perbedaan antara apa yang mereka pahami dengan apa yang mereka lihat didunia nyata pastilah terjadi konflik dalam diri mereka, hal ini jika dibiarkan akan menjadi bom waktu yang dapat meledak setiap saat.
Sedangkan aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
4.      Landasan psikologis         
      Salah satu aliran psikologis yang dijadikan landasan adalah teori pengolahan informasi. Diterangkan dalam teori pengolahan informasi bahwa otak manusia mempunyai cara kerja lebih efektif jika apa yang diterima mempunyai kaitan dengan apa yang telah ada didalam memori sebelumnya. Secara teori para pakar psikologi yang tergabung dalam aliran pengolahan informasi menyatakan bahwa manusia melakukan pengamatan dan penyeleksian terhadap aspek-aspek lingkungan, mentransformasi dan mengulang informasi yang ada, lalu menghubungkan informasi-informasi yang baru dan informasi yang telah diterima sebelumnya, dan didapatkan makna yang dapat dipahami[6]. Dengan menggabungkan apa yang diterima dengan apa yang telah dimiliki sebelumnya maka akan mempercepat masuknya informasi atau pengetahuan dalam memori. Selain itu keterkaitan satu sama lain antar mapel-mapel sekolah dasar menyebabkan keterpaduan  konten pada berbagai mapel dan arahan bagi siswa untuk mengaitkan antar mapel akan meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Pembelajaran tematik akan berjalan efektif dengan menggunakan metode pembelajaran aktif, misalnya metode pembelajaran inkuiri-discovery, yang mengarahkan peserta didik agar menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang diajukan guru kepada mereka dalam proses pembelajaran.
5.      Dasar yuridis
      Adapun landasan yuridis pelaksanaan proses pembelajaran tematik terpadu dalam kurikulum 2013 terdapat pada permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dengan prinsip terbentuknya pembelajaran yang terpadu, selain itu dipertegas pula dalam permendikbud nomor 67 tahun 2013 bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu.[7]
6.      Langkah-langkah dalam pembelajaran tematik
      Sebelumnya telah diterangkan bahwa kurikulum 2013 dapat berjalan maksimal dengan beberapa faktor, pertama adalah keterlibatan orang tua sebagai pengawas bagi peserta didik, lalu guru yang diberikan tugas untuk mampu memahami sumber-sumber pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Agar tugas guru dalam proses pembelajaran dapat maksimal maka ada beberapa hal harus diperhatikan yaitu :
a)      Guru harus menetapkan bidang yang akan dipadukan.
            Misalnya antara matematika dengan mata pelajaran sosial dengan tema persatuan. Pertama Guru dapat menerangkan angka-angka tertentu misalnya 1, 2, 3 atau 4, 5, 6. Setelah itu guru bisa menerangkan bahwa 1, 2, 3, atau 4, 5, 6, itu akan menjadi berbeda jika digabungkan, karena akan menjadi 123 atau 456, yang jumlahnya semakin besar. Dst.
b)      Guru menetapkan kompetensi apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.
c)      Guru menetapkan topik pemersatu[8].
            Sebenarnya tugas berat berada dipundak seorang guru, karena guru harus menguasai topik yang akan dijadikan tema pemersatu antar mata pelajaran. Namun dalam K13 topik pemersatu atau tema yang akan diajarkan telah dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah melalui buku panduan guru maupun peserta didik. Oleh karena itu tugas guru selanjutnya adalah menguasai dengan baik buku panduan tersebut.
7.      Macam – macam keterpaduan
      Munurut Sukayati (2009:4) ada tiga model keterpaduan yang dikembangkan atau dikenalkan di sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) di Indonesia. Ketiga model tersebut adalah (1) model keterhubungan (connected), (2) model jaring laba-laba (webbed) dan (3) model kerpaduan (integrated)[9].
a)      Model keterhubungan
Pada prinsipnya model keterhubungan adalah proses pembelajaran yang  mengupayakan dengan sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu  fakta dari berbagai sudut pandang, karena pada model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja.
Misalnya materi dalam pembelajaran agama :
Dimulai dari materi tentang bersuci, adzan, sholat, serta sholat.
b)      Model jaring laba laba (webbed)
      Merupakan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik. Karena karakteristik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan mata pebelajaran yang dipadukan.
Misalnya dalam sebuah pembelajaran dengan tema persatuan, maka dapat dibuat gabungkan beberapa mata pelajaran, diantaranya IPA, IPS, PKN, hingga AGAMA. Seperti gambar dibawah ini :
c)      Selanjutnya model terpadu
      Model keterpaduan merupakan model yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Diupayakan penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap bidang studi yang benar–benar tumpang tindih dalam satu semester, dan sangat membutuhkan keterampilan guru yang cukup tinggi dalam perencanaan dan pelaksanaanya.
8.      Manfaat Tematik Terpadu
a). Fleksibilitas
Proses pembelajaran dapat dijalankan dengan dasar fleksibilitas sehingga guru dapat mengkaitkan berbagai mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan bahkan dengan kehidupan nyata.
b). Menyatukan materi pembelajaran siswa
Dengan mengabungkan materi pembelaran melalui suatu tema tertentu maka akan terbentuk  konvergensi pemahaman dalam diri peserta didik selanjutnya guru bisa mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran.
c). Merefleksikan dunia nyata
      Landasan filosofis diatas misalnya ( rekonstruksifisme )  menjadi pijakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu menghendaki proses pembelajaran harus bernilai guna bagi kehidupan peserta didik, hasil pendidikan harus bisa berkontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari,  yang dihadapi anak di rumah dan lingkungannya
d). Selaras dengan cara anak berfikir
      Seperti teori yang telah diterangkan diatas bahwa dalam sebuah penelitian tentang otak menghasilkan teori yang menyatakan bahwa otak mendukung teori pedagogi dan psikologi, teori tersebut menyebutkan bahwa anak menerima banyak hal dan mengolah lalu merangkumnya menjadi satu pengetahuan yang saling terkait. Sehingga mengajarkan secara holistik terpadu adalah sejalan dengan bagaimana otak anak mengolah informasi.


CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK KELAS 1 SD
Identitas Sekolah        : (tuliskan nama satuan pendidikan)
Kelas/Semester            : I/1
Tema/Sub Tema          : Diriku / Aku dan teman baru
Pertemuan Ke                         : 2
Alokasi Waktu            : 5 X 30 menit
A.    Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
B.     Kompetensi Dasar (dari KI 1):
PPKn
1.1  Menerima keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan beragama sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah.
     Bahasa Indonesia
1.2 Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa daerah.
            Matematika
1.3 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
C. Indikator:
Ø  Mengagungkan kebesaran Tuhan YME
Ø  Dengan mematuhi peraturan, siswa dapat terbiasa menjalankan ibadah sesuai agamanya dengan tepat waktu.
Ø  Mensyukuri kebesaran Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dengan berbagai ciri, sehingga tidak satu manusiapun yang sama persis.
Ø  Menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita.
Kompetensi Dasar (dari KI 2):
            PPKn
            2.2 Menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan           sehari-hari di rumah dan sekolah.
            Indikator:
Ø  Mematuhi semua aturan yang diberikan dengan penuh disiplin
            Bahasa Indonesia
            2.3 Memiliki perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfaatan   bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah.
            Indikator:
Ø  Berbicara dengan bahasa yang santun.
Ø  Memberikan koreksi bila ada teman yang salah dalam menulis (menunjukkan rasa kasih sayang pada teman).
            Matematika
            2.2 Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk       melalui pengalaman belajar.
            Indikator:
Ø  Rasa ingin tahu/antusiasme dengan berusaha bertanya pada teman atau guru tentang
            lambang bilangan dari 1 sampai 99.
Ø  Ulet dalam belajar, selalu bertanya pada guru atau teman jika mengalami kesulitan.
Kompetensi Dasar (dari KI 3):
            PPKn
            3.2 Mengenal tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di    rumah dan di sekolah.
            Indikator:
Ø  Siswa tertib dalam mengikuti pembelajaran dan permainan
Ø  Siswa dapat mematuhi aturan dalam permainan.
            Bahasa Indonesia
            3.4. Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan            bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi        dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
            Indikator:
Ø  Mengidentifikasi diri dan keluarga
Ø  Menuliskan nama keluarga, seperti ayah, ibu, dan kakak/adik (jika ada).
Ø  Mengidentifikasi nama teman
Ø  Menyebutkan identitas teman
Ø  Menuliskan nama teman
            Matematika
            3.2 Mengenal bilangan asli sampai 99 dengan menggunakan benda-benda yang      ada di sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain.
            Indikator:
Ø  Menghitung banyak benda 1-5 dengan teliti
Ø  Menunjukkan benda yang sesuai dengan bilangan yang ditentukan.
Ø  Menuliskan lambang bilangan 1 – 5.
Kompetensi Dasar (dari KI 4):
            PPKn
            4.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah
            Indikator:
Ø  Menjalankan peraturan pada permainan di sekolah dengan baik
Ø  Mematuhi semua aturan yang diberikan dalam permainan
            Bahasa Indonesia
            4.4. Menyampaikan teks cerita diri/personal tentang keluarga secara mandiri           dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa        daerah  untuk membantu penyajian.
            Indikator:
Ø  Bercerita tentang diri dan keluarga
Ø  Menuliskan identitas teman yang telah dikenalnya
Ø  Membacakan identitas teman.
            Matematika
1.3    Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan terkait dengan aktivitas sehari-hari serta memeriksa kebenarannya
Indikator:
Ø Menghitung kembali benda-benda dari 1 – 5.
Ø Menghitung jumlah benda yang tersisa jika benda tersebut dikurangi ( 5 benda – 1 benda, dan lain-lain).
B. Tujuan Pembelajaran:
            PPKn:
1.      Melalui suatu permainan, siswa dapat mengikuti pembelajaran dan menjalankan permainan secara tertib.
2.      Dengan melakukan permainan, siswa dapat mematuhi peraturan di sekolah dan di rumah dengan baik.
3.      Dengan mematuhi peraturan, siswa dapat terbiasa menjalankan ibadah sesuai agamanya dengan tepat waktu.
            Bahasa Indonesia:
1.      Dengan melakukan permainan, siswa dapat mengidentifikasi diri dan keluarga dengan bahasa yang baik dan santun.
2.      Setelah melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan nama ayah, ibu, dan kakak/adik (jika ada) dengan benar.
3.      Dengan melakukan permainan, siswa dapat mengidentifikasi nama teman baru dengan tepat dan dengan bahasa yang santun.
4.      Setelah melakukan permainan, siswa dapat menyebutkan nama temannya dengan jujur.
5.      Setelah melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan nama temannya dengan benar.
6.      Setelah melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat membacakan identitas teman dengan benar dan jujur.
7.      Dalam suatu permainan, siswa menunjukkan rasa kasih sayang pada temannya dengan memberikan koreksi terjadap keslahan teman dalam menulis dengan bahasa yang santun.
8.      Dengan melakukan permainan, siswa dapat mensyukuri kebesaran Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dengan berbagai ciri, sehingga tidak satu manusiapun yang sama persis.
            Matematika:
1.      Dengan melakukan permainan, siswa dapat menunjukkan benda-benda yang sesuai dengan lambang bilangan yang telah ditentukan secara tepat.
2.      Dengan melakukan permainan, siswa dapat menghitung banyak benda 1 – 5 dengan benar.
3.      Setelah melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menuliskan lambang bilangan dengan benar.
4.      Setelah melakukan permainan, secara mandiri siswa dapat menghitung banyaknya benda benda yang tersisa jika benda tersebut dikurangi (5 benda – 1 benda).
5.      Dalam suatu permainan, siswa menunjukkan rasa ingin tahu/antusiasme yang tinggi dengan bertanya jika mengalami kesulitan.
6.      Melalui suatu permainan, siswa akan selalu mengagungkan akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan beraneka ragam benda-benda.
7.      Melalui suatu permainan, siswa dapat menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita.



CONTOH MATERI INTEGRATIF DALAM PAI MI[10]
QUR’AN HADIS
Kelas I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI  DASAR
1.      Menghafal surat-surat pendek  secara benar  dan fasih

1.1           Melafalkan, surat al-Faatihah, an-Naas, al-Falaq, al-Ikhlaas, dan surat al-Lahab secara benar dan fasih
1.2        Menghafalkan, surat al-Faatihah, an-Naas, al-Falaq, al-Ikhlaas, dan surat al-Lahab secara benar dan fasih
FIKIH  Kelas I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Mengenal  lima rukun Islam
1.1   Menyebutkan lima rukun Islam
1.2   Menghafalkan syahadatain dan artinya

2. Mengenal  tata cara bersuci dari najis
2.1   Menjelaskan pengertian bersuci dari najis
2.2   Menjelaskan tata cara bersuci dari najis
2.3   Menirukan  tata cara menyucikan najis.
2.4   Membiasakan hidup suci dan bersih
        dalam kehidupan sehari-hari


AQIDAH AKHLAK
Kelas I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1.      Mengenal rukun iman, syahadat tauhid dan syahadat rasul, al-asma’ al-husna (al-Ahad dan al- Khaliq)




1.1  Menghafal enam rukun iman

1.2  Menghafal dua kalimat syahadat

1.3  Mengartikan dua kalimat syahadat

1.4  Mengenal sifat-sifat Allah (al-Ahad dan al-Khaliq) melalui kisah Nabi Ibrahim AS mencari Tuhannya


2.      Membiasakan akhlak terpuji




2.1   Membiasakan berakhlak terpuji: hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
2.2   Adab mandi dan berpakaian

3.      Menghindari akhlak tercela.
3.1  Membiasakan diri untuk menghindari akhlak tercela: hidup kotor, bohong/dusta, dan berbicara kotor dalam kehidupan sehari-hari.


CONTOH LAINNYA SK dan KD dalam PAI MI serta Contoh integrasi pembelajaran dalam tema pembelajaran jenis-jenis pekerjaan: [11]
Kelas VI, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI  DASAR
1.    Menghafal surat pendek secara benar dan fasih
1.1           Membaca surat ad-Dhuhaa secara benar dan fasih
1.2           Menghafal surat ad-Dhuhaa secara benar dan fasih
2.     Memahami arti surat pendek pilihan
2.1        Menerjemahkan surat ad-Dhuhaa
2.2           Menjelaskan isi kandungan surat ad-Dhuhaa tentang meyakini kehidupan  akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia dengan sederhana
3.   Memahami hadis tentang keutamaan memberi

3.1        Menerjemahkan hadis tentang keutamaan memberi
3.2           Menjelaskan hadis tentang keutamaan memberi secara sederhana

1.      Mata pelajaran PPKN
a.         Menghargai kebersamaan dalam keragaman sebagai Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.
b.         Menunjukan prilaku sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan di masyarakat.
2.      Mata pelajaran Matematika
a.       Menunjukan prilaku peduli dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar rumah, sekolah atau tempat bermain untuk membuat benda-benda berbentuk kubus dan balok bangun berdasarkan jaring-jaring bangun ruang yang ditemukan.
3.      Mata pelajaran IPS
a.         Menjalankan ajaran agama dalam berfikir dan berprilaku sebagai penduduk indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
b.      Menerima karunia Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
c.       Menunjukan prilaku santun toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
4.      Mata pelajaran IPA
a.       Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan komplesitas alam dan jagat raya terhadap kebesaran tuhan yang menciptakannya serta mewujudkannya dalam pengalaman ajaran agama yang dianut
b.      Menunjukan prilaku ilmiah ( memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur dll).



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Perubahan kurikulum dari model KTSP menjadi kurikulum 2013 merupakan terobosan demi menghasilkan tujuan pendidikan yang maksimal. Pembelajaran terintegrasi memberikan perspektif baru, bahwa semua mata pelajaran saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu tinggal peran pendidik dalam mengkonstruksi pembelajaran yang inovatif, dan berani keluar dari zona nyaman bidang yang dia kuasai untuk menyapa bidang pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan Teknis Kurikulum 2013 Sekolah Dasar
Munawaroh, Isniatun.  PEMBELAJARAN TEMATIK DAN APLIKASINYA DI SEKOLAH DASAR (SD) di sampaikan dalam forum ilmiah SD, pdf.
Paparan MenDikBud pada workshop pers, Psdf.
Schunk, Dale H. 2012, Learning Theories Teori teori pembelajaran perspektif pendidikan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid,Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: Remaja Rosdakarya
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014)
Ali Mudlofir Aplikasi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan bahan ajar dalam pendidikan islam ( Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2012 )
Draf Permenag RI Nomor 2 tahun 2008
Nurul Zuriah, Inovasi Model Pembelajaran Demokratis Berspektif Gender  teori dan aplikasinya di sekolah ( Malang:UMM Press, 2008)
Rahmat Raharjo pengembangan dan inovasi kurikulum membangun generasi cerdas dan berkarakter untuk kemajuan bangsa  (  Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012 )
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural ( Jakarta: Erlangga, 2005)


[1] Panduan teknis kurikulum 2013 sekolah dasar, hal. 8
[2] Ibid, hal. 3
[3] Ibid, hal. 2
[4] Isniatun Munawaroh  PEMBELAJARAN TEMATIK DAN APLIKASINYA DI SEKOLAH DASAR (SD) di sampaikan dalam forum ilmiah SD, hal. 8
[5] Paparan MenDikBud pada workshop pers, PDF.hal. 66
[6] Dale H.Schunk Learning Theories Teori teori pembelajaran perspektif pendidikan ( Yogyakarta: pustaka pelajar, 2012, ) hlm. 230
[7] Panduan teknis kurikulum 2013 sekolah dasar, hal. 3
[8] Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 147
[9] Isniatun Munawaroh  PEMBELAJARAN TEMATIK DAN APLIKASINYA DI SEKOLAH DASAR (SD) di sampaikan dalam forum ilmiah SD, hal. 4-5
[10] Draf Peraturan Menteri Agama Republik  Indonesia Nomor 2 Tahun 2008
[11] Ibid, Abdul Majid, Pembelajaran... hlm. 293