Oleh : Syaifur
Rohman
Membahas tentang urgensi sosok pendidik
dalam pembelajaran telah banyak teori yang dikemukakan selama ini, karena
bagaimanapun pendidik adalah sosok yang bertanggung jawab penuh atas
keberhasilan dalam proses pembelajaran terutama dalam sebuah ruang kelas. Kesalahan
dalam mendidik akan berakibat fatal yaitu terjadinya penyimpangan-penyimpangan,
munculnya keonaran bahkan tawuran dan tindak kriminal yang dilakukan peserta
didik dan Pendidik selalu disalahkan atas hal itu, namun pendidik jarang
mendapatkan penghargaan ketika peserta didiknya berhasil, ini merupakan fakta. Memang
itulah tantangan seorang pendidik, karena pekerjaan sebagai pendidik berkaitan
langsung dengan manusia dengan berjuta potensi yang berbeda sehingga memerlukan
keahlian khusus untuk menggali dan mengembangkan potensi tersebut agar tidak
berakibat fatal.
Era globalisasi dengan kemudahan
akses informasi menjadikan jarak sebagai sekat pembatas menjadi semakin tipis,
bahkan seolah jarak tersebut hilang, dengan kemudahan akses informasi tersebut
maka setiap manusia bisa dengan cepat mendapatkan informasi dan pengetahuan,
tak terkecuali peserta didik. Akibatnya banyak peserta didik yang lebih pandai
dari pada pendidik. Dapat kita lihat bagaimana anak-anak saat ini dengan
lihainya menggunakan gadget-gadget canggih atau minimal mampu
mengoperasionalkan komputer. Oleh sebab itu maka mau tidak mau seorang pendidik
harus selalu belajar agar apa yang dia sampaikan tidak out of date, atau dibilang
ketinggalan zaman, katrok oleh peserta didik.
Paradigma pembelajaran yang
berpusat pada guru telah digusur oleh pembelajaran aktif yang berpusat pada
peserta didik, ditambah pendekatan dalam kurikulum terbaru yakni pendekatan saintific
yang mendorong peserta didik untuk menguji serta mempraktekkan secara langsung
pengetahuan yang mereka dapat, agar apa yang mereka dapat tidak hanya sebatas
teori dan pada kesempatannya mengutip istilah Antonio Gramsci akan terbentuk
sosok ilmuwan-ilmuwan organik. Maka sudah saatnya seorang pendidik merubah pola
berfikirnya, agar mampu menjadi sosok yang mampu merubah semua potensi peserta
didik menjadi prestasi nyata bagi masa depan.
Sosok transformasional bukanlah
sosok yang given atau bakat bawaan sejak lahir namun merupakan sosok
yang dapat diusahakan yaitu berawal dari ketekunan, pola berfikir penuh
inspirasi, pribadi yang memacu intelektual dan merupakan pribadi yang terbuka.
Sosok seperti ini sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, agar pembelajaran
tidak berlangsung secara statis, kaku dan kurang menyenangkan.
Seorang pendidik dengan pribadi
transformasional akan selalu teguh dalam menjalankan tugasnya, dengan
memberikan contoh nyata atas apa yang dia ajarkan dalam aktivitas sehari-hari,
sehingga ada sinkronisasi antara apa yang dia sampaikan dengan apa yang dia
lakukan, karena pendidk atau guru adalah sosok yang bisa di gugu dan di tiru,
misalnya dia akan selalu datang lebih awal dari pada peserta didik atau
selalu berdoa bersama peserta didik sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Sosok pendidik transformasional adalah
sosok yang tidak pernah kehabisan akal-akal kreatif selama proses pembelajaran
berlangsung, dia pun mampu menciptakan ruang pembelajaran yang menyenangkan, tidak
terbatas dengan sarana pembelajaran yang tersedia, mampu menyampaikan materi
pembelajaran dengan tepat dan menyenangkan, sehingga peserta didik pun
mengikuti setiap detik proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan
nyaman dan terwujudlah pembelajaran yang penuh nilai, selanjutnya karena
ide-ide kreatif tersebut maka dia bisa menjadi sosok yang inspiratif sehingga
memacu peserta didik untuk selalu berkembang kearah yang lebih baik.
Dan yang terakhir sosok ini
adalah sosok yang berusaha menjadi orang terdekat bagi peserta didik. sosok ini
lebih banyak mendengarkan keluh kesah tentang berbagai masalah yang dialami
peserta didik baik sebelum, selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung,
sehingga peserta didik merasa dihargai keberadaannya. Karena setiap peserta
didik datang kesekolah dengan masalah yang berbeda, oleh karena tidak
sepantasnya pendidik menyamaratakan peserta didik.
Akhirnya pendidik dengan jiwa transformasional sebagai
motor penggerak dalam proses pembelajaran akan menjadi sosok yang akan selalu
dikenang oleh peserta didik, karena apa yang disampaikan selama pembelajaran
berlangsung benar-benar membekas dihati setiap peserta didik. dan semoga setiap
pendidik akan semakin bangga menjadi seorang pendidik, karena ditangan
merekalah masa depan bangsa dipertaruhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar