SANG GURU
Kekerasan kepada anak gencar mewarnai pemberitaan media saat ini, yang
paling mengejutkan adalah kekerasan tersebut banyak dilakukan oleh pihak-pihak
yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak-anak seperti orang tua, kerabat,
bahkan seorang guru. Ini tentu menimbulkan dilema karena ketika seorang guru
yang dianggap sosok yang mampu memberikan keteladanan, malah menjadi monster
yang setiap saat dapat membahayakan jiwa seorang anak. Kata guru mengandung
nilai filosofis yang dalam yaitu seorang yang di gugu ( didengarkan )
dan di tiru ( dicontoh ).
Seorang guru adalah sosok yang di gugu ( didengarkan ) oleh peserta
didik, aspek ini mengisyaratkan bahwa pribadi seorang guru harus menjadi pengayom
sehingga mampu memberikan sugesti kepada peserta didik untuk
mendengarkan apa yang disampaikan oleh sang guru, selain itu aspek lain yang terkandung
dalam kata di gugu adalah adanya komunikasi aktif antara peserta didik
dan guru tersebut sehingga peserta didik merasa dihargai atas pendapat-pendapat
mereka dan mereka pun akan mendengarkan pengarahan dari sang guru ketika
melakukan kesalahan. Lalu kata kedua yaitu di tiru ( dicontoh ), ini
mengisyaratkan bahwa sosok seorang guru adalah sebagai model ideal bagi peserta
didik. Seorang guru tidak hanya berkewajiban untuk menyampaikan berjuta materi
tentang teori tanpa aplikasi nyata dalam kehidupan, namun tugas seorang guru
adalah memberikan keseimbangan antara teori dan praktek nyata dalam kehidupan
sehingga peserta didik menemukan contoh ideal dalam proses pembelajaran serta
dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya ini sangat sulit mengingat muatan materi
pembelajaran di Indonesia yang begitu banyak, namun hal itu bukan tidak mungkin
untuk di capai.
Ki Hadjar menerangkan tentang trilogi sifat guru dalam proses pembelajaran
yang pertama yaitu ing ngarso sung tulada, seorang guru adalah seorang
pemimpin yang memberikan contoh ( tulada ) ketika mereka berada di depan
peserta didik, memimpin dengan memberikan contoh nyata dalam kehidupan, tidak
hanya memberikan instruksi tapi juga melaksanakan instruksi tersebut. Lalu yang
kedua ing madyo mangun karso, seorang guru adalah relasi atau patner
bagi peserta didik, yaitu ketika berada ditengah-tengah bersama peserta didik. Tugas
seorang relasi adalah bekerja sama, bahu membahu, jadi tugas seorang guru
adalah membangun komunikasi aktif sebagai relasi atau patner bagi
peserta didik sehingga peserta didik mendapatkan eksistensi mereka dalam proses
pembelajaran, mereka pun merasa dihargai keberadaannya dan yang terakhir adalah
tut wuri handayani, seorang guru adalah seorang motivator bagi peserta
didik yaitu ketika seorang guru berada dibelakang peserta didik, mereka menjadi
pendorong bagi peserta didik untuk terus belajar, dan selalu berkarya, seorang
guru tidak hanya hadir ketika peserta didik menggapai keberhasilan, namun lebih
penting kehadiran mereka ketika peserta didik mengalami kegagalan dalam proses
pembelajaran, di sinilah peran seorang guru sebagai motivator dalam
pembelajaran. Seorang guru harus hadir untuk membangun kembali kepercayaan diri
peserta didik sehingga mereka bisa kembali berprestasi.
Mengutip pernyataan Ahmad Dahlan bahwa yang diperlukan bagi setiap manusia
adalah sifat menjadi guru dan sifat menjadi murid. Dengan arti bahwa dalam pendidikan
harus didasarkan pada komunikasi aktif antara guru dan peserta didik, keduanya
harus saling belajar dalam proses pendidikan, seorang guru harus menyadari
bahwa dirinya bukanlah sosok yang selalu benar sehingga mengganggap peserta
didik adalah pihak yang harus menuruti semua kemauannya, begitu juga peserta
didik harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu diharapkan seorang guru mampu menyadari tugas
mulia yang dibebankan kepada mereka sebagai sosok yang menentukan kehidupan
masa depan bangsa, karena ditangan merekalah diserahkan generasi penerus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar