Jumat, 20 Januari 2017

GURU IDEAL



SANG GURU
Kekerasan kepada anak gencar mewarnai pemberitaan media saat ini, yang paling mengejutkan adalah kekerasan tersebut banyak dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak-anak seperti orang tua, kerabat, bahkan seorang guru. Ini tentu menimbulkan dilema karena ketika seorang guru yang dianggap sosok yang mampu memberikan keteladanan, malah menjadi monster yang setiap saat dapat membahayakan jiwa seorang anak. Kata guru mengandung nilai filosofis yang dalam yaitu seorang yang di gugu ( didengarkan ) dan di tiru ( dicontoh ).
Seorang guru adalah sosok yang di gugu ( didengarkan ) oleh peserta didik, aspek ini mengisyaratkan bahwa pribadi seorang guru harus menjadi pengayom sehingga mampu memberikan sugesti kepada peserta didik untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh sang guru, selain itu aspek lain yang terkandung dalam kata di gugu adalah adanya komunikasi aktif antara peserta didik dan guru tersebut sehingga peserta didik merasa dihargai atas pendapat-pendapat mereka dan mereka pun akan mendengarkan pengarahan dari sang guru ketika melakukan kesalahan. Lalu kata kedua yaitu di tiru ( dicontoh ), ini mengisyaratkan bahwa sosok seorang guru adalah sebagai model ideal bagi peserta didik. Seorang guru tidak hanya berkewajiban untuk menyampaikan berjuta materi tentang teori tanpa aplikasi nyata dalam kehidupan, namun tugas seorang guru adalah memberikan keseimbangan antara teori dan praktek nyata dalam kehidupan sehingga peserta didik menemukan contoh ideal dalam proses pembelajaran serta dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya ini sangat sulit mengingat muatan materi pembelajaran di Indonesia yang begitu banyak, namun hal itu bukan tidak mungkin untuk di capai.
Ki Hadjar menerangkan tentang trilogi sifat guru dalam proses pembelajaran yang pertama yaitu ing ngarso sung tulada, seorang guru adalah seorang pemimpin yang memberikan contoh ( tulada ) ketika mereka berada di depan peserta didik, memimpin dengan memberikan contoh nyata dalam kehidupan, tidak hanya memberikan instruksi tapi juga melaksanakan instruksi tersebut. Lalu yang kedua ing madyo mangun karso, seorang guru adalah relasi atau patner bagi peserta didik, yaitu ketika berada ditengah-tengah bersama peserta didik. Tugas seorang relasi adalah bekerja sama, bahu membahu, jadi tugas seorang guru adalah membangun komunikasi aktif sebagai relasi atau patner bagi peserta didik sehingga peserta didik mendapatkan eksistensi mereka dalam proses pembelajaran, mereka pun merasa dihargai keberadaannya dan yang terakhir adalah tut wuri handayani, seorang guru adalah seorang motivator bagi peserta didik yaitu ketika seorang guru berada dibelakang peserta didik, mereka menjadi pendorong bagi peserta didik untuk terus belajar, dan selalu berkarya, seorang guru tidak hanya hadir ketika peserta didik menggapai keberhasilan, namun lebih penting kehadiran mereka ketika peserta didik mengalami kegagalan dalam proses pembelajaran, di sinilah peran seorang guru sebagai motivator dalam pembelajaran. Seorang guru harus hadir untuk membangun kembali kepercayaan diri peserta didik sehingga mereka bisa kembali berprestasi.
Mengutip pernyataan Ahmad Dahlan bahwa yang diperlukan bagi setiap manusia adalah sifat menjadi guru dan sifat menjadi murid. Dengan arti bahwa dalam pendidikan harus didasarkan pada komunikasi aktif antara guru dan peserta didik, keduanya harus saling belajar dalam proses pendidikan, seorang guru harus menyadari bahwa dirinya bukanlah sosok yang selalu benar sehingga mengganggap peserta didik adalah pihak yang harus menuruti semua kemauannya, begitu juga peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu diharapkan seorang guru mampu menyadari tugas mulia yang dibebankan kepada mereka sebagai sosok yang menentukan kehidupan masa depan bangsa, karena ditangan merekalah diserahkan generasi penerus bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar